A. Pengertian
Kurs
Kurs
(exchange rate) adalah harga sebuah mata uang dari sutu negara yang diukur atau
dinyatakan dalam mata uang lainnya. Kurs memainkan peranan penting dalam
keputusan-keputusan pembelanjaan, Karena kurs memungkinkan kita menerjemahkan
harga-harga dari berbagai negara ke dalam satu bahasa yang sama. Bila semua
kondisi lainnya tetap, depresiasi mata uang dari suatu negara terhadap segenap
mata uang lainnya (kenaikan harga valuta asing bagi negara yang bersangkutan)
menyebabkan ekspornya lebih murah dan impornya lebih mahal. Sedangkan apresiasi
(penurunan harga valuta asing di negara yang bersangkutan) membuat ekspornya
lebih mahal dan impornya lebih murah.
Kurs
sangat penting dalam pasar valuta asing (foreign excahange market). Walaupun
perdagangan valuta asing berlangsung di berbagai pusat keuangan yang tersebar
di seluruh dunia, teknologi telekomunikasi modern telah mempertautkan mereka
menjadi sebuah rangkaian pasar tunggal yang beroperasi 24 Jam setiap hari.
Salah satu kategori penting dalam perdagangan valuta asing adalah perdagangan
berjangka (forword trading), di mana beberapa pihak sepakat mempertukarkan mata
uang di waktu mendatang atas dasar kurs yang mereka sepakati. Sedangkan
kategori lainnya, yakini perdagangan spot (spot trading) langsung melaksanakan
pertukaran tersebut ( ini biasanya untuk keperluan-keperluan mendesak atau praktis).
Oleh
karena kurs merupakan harga relative dari dua set, maka layak biala kurs
dianggap sebagai harga asset itu sendiri. prinsip dasar penetapan harga asset
adalah bahwa nilai asset saat ini ditentukan oleh perkiraan daya belinya di
masa mendatang. Dalam mngevaluasi asset, para penabung (investor) selalu
memperlihatkan aspek perkiraan imbalan (rate of return) yang dibuahkan asset
itu, atau tingkat pertambahan nilai investasi yang tertanam dalam asset
tersebut di waktu-waktu selanjutnya.Imbalan dari simpanan yang diperdagangkan
di pasar valuta asing ditentukan oleh suku bunga (interest rate) dan perkiraan
perubahan kurs.
Keseimbangan
dalam pasar valuta asing mensyaratkan adanya kondisi interest parity, yakni
suatu kondisi di mana berbagai simpanan dalam mata uang apa pun menawarkan
perkiraan imbalan yang sama besarnya (bila diukur atau dihitung dengan satuan
yang sama). Bila suku bunga dan perkiraan kurs masa mendatang tetap, kondisi
interest parity menjamin adanya keseimbangan kurs. Kurs yang tengah berlaku
juga dipengaruhi oleh berbagai perubahan atas perkiraan kurs untuk waktu
mendatang. Sebagai contoh, apabila terjadi kenaikan perkiraan kurs dolar/DM
untuk masa yang akan datang, maka jika suku bunga tetap, kurs dolar/DM yang
tengah berlaku akan meningkat.
Kurs
dapat pula disebut sebagai perbandingan nilai. Dalam pertukaran dua mata uang
yang berbeda, maka akan terdapat perbandingan nilai/harga antara kedua mata
uang tersebut. Perbandingan nilai inilah yang disebut dengan kurs.
Dalam
kenyataannya, sering terdapat berbagai tingkat kurs untuk satu valuta asing.
Perbedaan ini timbul karena beberapa hal antara lain perbedaan antara kurs beli
dan jual oleh pedagang valas, perbedaan kurs yang diakibatkan oleh perbedaan
dalam waktu pembayarannya, perbedaan dalam tingkat keamanan dalam penerimaan
hak pembayaran. Kurs beli adalah kurs yang dipakai apabila para pedagang valas
atau bank membeli valuta asing, sedangkan kurs jual adalah kurs yang dipakai
apabla pedagang valas atau bak menjual valuta asing.
B. Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Nilai Kurs
1.
Tingkat inflasi
Dalam pasar
valuta asing,
perdagangan internasional baik dalam bentuk barang atau jasa menjadi
dasar yang utama dalam pasar valuta asing, sehingga perubahan harga dalam
negeri yang relatif terhadap harga luar negeri dipandang sebagai faktor yang
mempengaruhi pergerakan kurs
valuta asing. Contoh: jika Amerika sebagai mitra dagang Indonesia
mengalami tingkat inflasi yang cukup tinggi maka harga barang Amerika juga
menjadi lebih tinggi, sehingga otomatis permintaan terhadap produk relatif
mengalami penurunan.
Rasio uang dalam daya beli (paritas daya beli)
berfungsi sebagai titik nilai tukar yang mencerminkan hukum nilai. Itulah
mengapa tingkat inflasi berdampak pada nilai tukar. Peningkatan inflasi di
suatu negara mengarah pada penurunan mata uang nasional, dan sebaliknya.
Penyusutan inflasi uang di dalam negeri akan mengurangi daya beli dan
kecenderungan untuk menjatuhkan nilai tukar mata uang mereka terhadap mata uang
negara-negara di mana tingkat inflasi yang lebih rendah.
2.
Aktifitas neraca pembayaran
Neraca pembayaran secara langsung mempengaruhi nilai
tukar. Dengan demikian, neraca pembayaran aktif meningkatkan mata uang nasional
dengan meningkatnya permintaan dari debitur asing. Saldo pembayaran yang pasif
menyebabkan kecenderungan penurunan nilai tukar mata uang nasional sebagai seorang
debitur dalam negeri mencoba untuk menjual semuanya menggunakan mata uang asing
untuk membayar kembali kewajiban eksternal mereka. Ukuran dampak neraca
pembayaran pada nilai tukar ditentukan oleh tingkat keterbukaan ekonomi.
Contoh, efek dari perubahan tarif, pembatasan impor, kuota perdagangan, subsidi
ekspor berdampak pada neraca perdagangan. Ketika keseimbangan positif dalam
perdagangan ada di muka terdapat peningkatan permintaan untuk mata uang negara
yang meningkatkan laju, dan dalam hal keseimbangan negatif proses sebaliknya
terjadi. Pergerakan modal jangka pendek dan jangka panjang bergantung pada
tingkat suku bunga domestik, pembatasan atau mendorong impor dan ekspor modal.
3.
Perbedaan suku bunga di berbagai negara
Perubahan tingkat suku bunga di suatu negara
akan mempengaruhi arus modal internasional. Pada prinsipnya, kenaikan suku
bunga akan merangsang masuknya modal asing Itulah sebabnya di negara
dengan modal lebih tinggi tingkat suku bunga masuk, permintaan untuk
meningkatkan mata uang, dan itu menjadi mahal. Pergerakan modal, terutama
spekulatif “uang panas” meningkatkan ketidakstabilan neraca pembayaran.
Suku bunga mempengaruhi operasi pasar valuta asing dan
pasar uang. Ketika melakukan transaksi, bank akan mempertimbangkan perbedaan
suku bunga di pasar modal nasional dan global dengan pandangan yang
berasal dari laba. Mereka lebih memilih untuk mendapatkan pinjaman lebih murah
di pasar uang asing, dimana tingkat lebih rendah, dan tempat mata uang asing di
pasar kredit domestik, jika tingkat bunga yang lebih tinggi. Di sisi lain,
kenaikan nominal suku bunga di suatu negara menurunkan permintaan untuk mata
uang domestik sebagai tanda terima kredit yang mahal untuk bisnis. Dalam hal
mengambil pinjaman, pengusaha meningkatkan biaya produk mereka yang, pada
gilirannya, menyebabkan tingginya harga barang dalam negeri. Hal ini relatif
mengurangi nilai mata uang nasional terhadap satu negara
4. Tingkat pendapatan relatif
Faktor lain yang mempengaruhi permintaan dan penawaran
dalam pasar mata uang asing adalah laju pertumbuhan pendapatan terhadap
harga-harga luar negeri. Laju pertumbuhan pendapatan dalam negeri diperkirakan
akan melemahkan kurs mata uang asing. Sedangkan pendapatan riil dalam negeri
akan meningkatkan permintaan valuta asing relatif dibandingkan dengan supply
yang tersedia.
5.
Kontrol pemerintah
Kebijakan pemerintah bisa mempengaruhi keseimbangan
nilai tukar dalam berbagai hal termasuk:
a. Usaha untuk menghindari hambatan nilai tukar valuta asing.
a. Usaha untuk menghindari hambatan nilai tukar valuta asing.
b. Usaha untuk menghindari hambatan perdagangan luar
negeri.
c. Melakukan intervensi di pasar uang yaitu dengan
menjual dan membeli mata uang.
Alasan pemerintah
untuk melakukan intervensi di pasar uang adalah :
a.Untuk memperlancar perubahan dari nilai tukar uang
domestik yang bersangkutan.
b. Untuk membuat kondisi nilai tukar domestik di dalam
batas-batas yang ditentukan.
c. Tanggapan atas gangguan yang bersifat sementara.
d. Berpengaruh terhadap variabel makro seperti inflasi, tingkat suku
bunga dan tingkat pendapatan
6. Ekspektasi
Faktor
terakhir yang mempengaruhi nilai tukar valuta asing adalah ekspektasi nilai
tukar di masa depan. Sama seperti pasar keuangan yang lain, pasar valas
bereaksi cepat terhadap setiap berita yang memiliki dampak ke depan. Dan
sebagai contoh, berita mengenai bakal melonjaknya inflasi di AS mungkin bisa
menyebabkan pedagang valas menjual Dollar, karena memperkirakan nilai Dollar
akan menurun di masa depan. Reaksi langsung akan menekan nilai tukar Dollar
dalam pasar.
C. Kurva
Penawaran Uang dan Kurs Jangka Pendek
Keterkaitan antara uang, suku bunga dan
kurs
Kurs dolarDM, ES/DM



![]() |

simpanan DM




R1$ L(R$,YUS)



PUS 1

Tingkat
harga uang riil
Amerika Serikat
Gambar 14-6. Keseimbangan simultan di pasar uang
dan pasar valuta asing Amerika.
Kedua pasar asset berada dalam keseimbangan pada
tingkat suku bunga R1$ dan kurs E1$/DM sehingga
penawaran uang sama dengan permintaan uang (titik 1) dan kondisi interest
parity terpenuhi (titik 1’).
Gambar 14-6 menggabungkan kedua gambar yang telah
kita pakai sebelumnya guna menunjukkan keseimbangan dalam pasar uang dan pasar
valuta asing Amerika Serikat. Bagian bawah gambar merupakan reproduksi gambar
keseimbangan pasar uang. Sumbu horizontal yang bermula dari angka nol mengukur
suku bunga dolar, sedangkan penawaran uang riil Amerika Serikat dihitung dari
nol pada sumbu vertical. Keseimbangan pasar uang kini berada di titik 1, di
mana suku bunga dolar RS1 mendorong permintaan masyarakat
akan uang riil (dolar) sama dengan penawaran uang riil Amerika Serikat (dengan
symbol MSUS/PUS).
Bagian atas gambar 14-6 menunjukkan keseimbangan di
pasar valuta asing. Garis lengkung mengarah ke bawah menunjukkan perkiraan
imbalan dolar dari simpanan DM. srahnya ke bawah dikarenakan perubahan kurs
sekarang (current exchange rate) mempengaruhi perkiraan depresiasi pada masa
mendatang: mneguatnya nilai dolar sekarang atau hari ini (artinya kurs $/DM
turun), sedangkan perkiraan kurs $/DM di masa mendatang tetap, membuat simpanan
dolar lebih menarik karena hal itu menimbulkan harapan banyak orang akan
terjadinya depresiasi dolar yang lebih besar di masa mendatang. Garis vertical
pada bagian atas gambar mengukut suku bunga dolar, yakni R14,
di pasar uang. Titik potong antara garis lengkung dan garis tegak lurus (titik
1’) menunjukkan adanya kondisi interest parity, di mana perkiraan imbalan yang
ditawarkan simpanan dolar dan simpanan DM sma besarnya.
Gambar 14-6 menekankan keterkaitan antara pasar uang
Amerika Serikat dan pasar valuta asing. keterkaitan itu adalah bahwasanya pasar
uang Amerika Serikat menentukan sukku bunga dolar, yang pada gilirannya
mempengaruhi kurs penentu kehadiran kondisi interest parity. Terdapat
keterkaitan serupa antara pasar uang Jerman dan pasar valuta asing yang
operasinya dipengaruhi oleh perubahan-perubahan suku bunga DM).
Bank-bank sentral Amerika Serikat dan Jerman, yakni
Federal Reserve dan Bundes bank, menentukan penawaran uang Amerika Serikat dan
Jerman, yaitu MSUS dan MGS. Bila
harga dan pendapatan nasional kedua negara diabaikan, keseimbangan pasar uang
nasional masing-masing negara mempengaruhi suku bunga dolar dan DM, yakni R$
dan RDM.. Kedua suku bunga ini mempengaruhi pasar valuta asing di
mana, bila perkiraan kurs $/DM di masa mendatang diabaikan, kurs $/DM yang
tengah berlaku langsung ditentukan oleh kondisi interest parity.
E.
F.
R$ RDM
(Suku bunga dolar) (Suku
Bunga DM)
E$/DM
(Kurs dolar/DM)
Gambar
14-7. Keterkaitan
pasar uang dengan kurs.
Langkah-langkah
kebijakan moneter oleh Fed mempengaruhi tingkat suku bunga A.S, mengubah kurs
dolar/DM yang menyeimbangkan pasar valuta asing. Bundesbank dapat mempengaruhi
kurs dengan mengubah penawaran uang dan tingkat suku bunga Jerman.
Penawaran Uang Amerika Serikat Dan
Kurs Dolar/DM
Gambar
14-8 menunjukkan pengaruh perubahan penawaran uang.
Pada
tingkat penawaran uang awal, M1US, pasar uang berada
dalam kondisi keseimbangan pada titik 1, dengan suku bunga R$1..
Bila suku bunga DM dan perkiraan kursnya di masa mendatang diabaikan, maka suku
bunga dolar R$1 mengharuskan keseimbangan pasar valuta
asing berada di titik 1’, dengan kurs sama dengan E1E/DM.
Kurs dolarDM, ES/DM



simpanan dolar

E2$/DM
2’


![]() |

Simpanan
DM





R2$ R1$ L(R$,YUS)



1 Penawaran uang
riil



PUS 2
Tingkat
harga uang riilAmerika Serikat
Gambar 14-8. Dampak peningkatan penawaran uang
Amerika (PUS dan YUS tidak berubah) terhadap kurs dolar/DM dan tingkat suku
bunga dolar.
Jika
penawaran uang naik dari M1US ke M2US,
tingkat suku bunga dolar turun (kala keseimbangan pasar uang beralih ke
titik 2) dan dolar mengalami depresiasi terhadap DM (kala keseimbangan pasar
valuta asingterjadi di titik 2’).
Jika
Federal Reserve meningkatkan penawaran uang Amerika Serikat dari M1US
menjadi M2US, maka akan timbul serentetan peristiwa
sebagai berikut :
(1)
Pada tingkat bunga awal sebesar R$1
terdapat kelebihan penawaran uang dalam pasar uang Amerika Serika; akibatnya
suku bunga dolar turun menjadi R$2 dan pasar uang
mencapai posisi ekuilibriumnya yang brau di titik 2.
(2)
Terlepas dari kurva E1$/DM
dan suku bunga dolar yang baru dan lebih rendah, perkiraan imbalan yang
dijanjikan simpanan DM lebih besar daripada yang ditawarkan oleh simpanan
dolar. Para pemilik simpanan dolar segera terdorong menjualnya dan menggantinya
dengan simpanan DM yang pada saat itu memang lebih menarik.
(3)
Oleh karena para pemilik simpanan dolar
berlomba-lomba berusaha menukarnya dengan simpanan DM, maka dolar kemudian
mengalami depresiasi sehingga kursnya menjadi E2$/DM.
Pasar valuta asing akhirnya kembali ke posisi keseimbangan di titik 2 karen
apergeseran kurs ke E2$/DM mengakibatkan penurunan
perkiraan depresiasi dolar di masa mendatang yang sama besarnya (sehingga
mengimbangi ) kemerosotan suku dolar.
Kenaikan penawaran uang di suatu negara
mengakibatkan mata uangnya mengalami depresiasi di pasar valuta asing. Dengan
membalik Gambar 14-8, pengurangan penawaran uang dari suatu negara menyebabkan
mata uangnya mengalami apresiasi di pasar valuta asing.
Pasar Uang Jerman dan Kurs Dolar/DM
Akibat kenaikan penawaran uang Jerman nampak pada
gambar 14-9. Mula-mula, pasar uang Amerika Serikat berada pada posisi
keseimbangan di titik 1, dan pasar valuta asing berada pada posisi keseimbangan
di titik 1’., dengan kurs E1$/DM. kenaikan penawaran uang
Jerman menurunkan RDM sehingga mnggeser titik singgung antara
garis-garis perpanjangan yang melambangkan perkiraan imbalan simpanan DM dengan
kurs kea rah kiri (atau ke bawah). Pasar valuta asing kembali ke posisi
keseimbangan di titik 2’, dengan kurs E2$/DM. kenaikan
penawaran uang Jerman menyebabkan DM mengalami depresiasi terhadap dolar (atau,
harga dolar dari DM merosot). Demikian pula sebaliknya, penurunan uang Jerman
membuat DM mengalami apresiasi terhadap dolar (kurs E$/DM
meningkat). Perubahan penawaran uang Amerika Serikat yang tetap di titik 1.
Kurs dolarDM, ES/DM





E1$/DM



Simpanan
DM




R1$ L(R$,YUS)



PUS
1
Tingkat
harga uang riil
Amerika
Serikat
A.
UANG, TINGKAT HARGA, DAN KURS JANGKA
PANJANG
Uang
dan Harga Nominal (MONEY PRICES)
P = MS/L(R,Y)
Persamaan ini menunjukkan bagaimana tingkat harga
ditentukan oleh suku bunga, tingkat penawaran uang domestic dan output riil.
Keseimbangan tingkat harga jangka panjang adalah
nilai P yang memenuhi kondisi yang ditunjukkan oleh persamaan di mana suku
bunga dan output berada pada tingkat-tingkat jangka panjang yang konsisten
dengan full employment. Bila pasar uanng berada pada kondisi keseimbangan dan
semua factor produksi tredayagunakan secara penuh, tingkat harga akan tetap
asalkan penawaran uang, fungsi permintaan uang agregat, niali-nilai jangka
panjang R serta Y juga tetap.
Salah satu unsure prediktif terpentung yang
terkandung dalam persamaan P di atas menyangkut perihal hubungan antara tingkat
harga di suatu negara dab tingkat penawaran uangnya atau Ms: Jika
semua kondisi lainnya tetap, kenaikan penawaran uang suatu negara akan
mengakibatkan kenaikan proporsional atas tingkat harganya. Sebagai contoh, jika
tingkat penawaran uang naik dua kali lipat (menjadi 2Ms), sedangkan
output dan suku bunga tidak berubah, maka tingkat harga pasti juga naik dua
kali lipat (menjadi 2P) guna mempertahankan keseimbangan pasar uang.
Logika ekonomi dibalik prediksi yang sangat jitu ini
bisa kita tarik dari pengamatan di atas bahwa permintaan uang merupakan
permintaan akan uang riil. Sebagaimana diketahui, permintaan uang riil tidak
akan meningkat sehubungan dengan naiknya Ms yang tidak mengubah R
dan Y (ini berarti permintaan uang riil agregat atau L(R, Y) juga tidak
mengalami perubahan,. Namun jika permintaan uang riil agregat tidak berubah,
kondisi keseimbangan dalam pasar uang hanya dapat bertahan bila penawaran uang
riil juga tetap. Agar penawaran uang penawaran uang riil atau Ms/P
tetap konstan, P harus mengalami kenaikan yang sama besarnya (proporsional
dengan kenaikan Ms.
Dampak-Dampak Jangka Panjang
Perubahan Penawaran Uang
Suatu perubahan penawaran uang tidak mempengaruhi
penawaran nilai-nilai jangka panjang dari suku bung ataupun ourput riil.
Cara memahami dampak-dampak jangka panjang
terjadinya perubahan penawaran uang terhadap suku bunga dan output yaitu
melalui reformasi mata uang, pemerintah suatu negara membentuk kembali unit
mata uangnya. Sebagai contoh, pemerintah Perancis merombak mata uangnya pada
tahun 1960 dengan menerbitkab franc Perancis yang “baru” (setiap unit nilainya
sama dengan 100 unit franc Perancis “lama”). Reformasi ini dimaksudkan untuk
mengurangi jumlah unit mata uang yang beredar, serta mnyusutkan semua harga
yang terhitung dalam franc menjadi seperseratus. Akan tetapi penciptaan kembali
unit moneter ini tidak mempengaruhi output riil, suku bunga atau harga-harga
relatif berbagai macam barang. Satu-satunya yang terjadi hanyalah perombakan
mendadak atas semua harga yang diukur dengan franc. Keputusan untuk mengganti
satuan pengukur jarak dari 1 mil menjadi ½ mil tidak menimbulkan pengaruh
berarti terhadap segenap variable ekonomi riil; demikian pula halnya dengan
keputusan pemerintah Perancis menghilangkan dua angka nol dari semua harga yang
dinyatakan dengan uangnya.
Kenaikan suplai atau penawaran mata uang dari suatu
negara memiliki dampak jangka panjang serupa dengan yang ditimbulkan oleh suatu
reformasi mata uang. Pelipatgandaan penawaran uang, misalnya, sama pengaruh
jangka panjangnya dengan yang ditimbulkan oleh reformasi mata uang;
pelipatgandaan itu sama artinya dengan mengganti satu unit mata uang “lama”
dengan dua unit mata uang “baru”. Jika semula perekonomian yang bersangkutan
sudah berhasil mendayagunakan segenap factor produksinya secara penuh (full
employed), setiap harga yang dinyatakan dengan mata uang perekonomian yang
bersangkutan pada akhirnya juga akan naik dua kali lipat, akan tetapi GNP riil,
suku bunga, dan semua harga relatif akan kembali ke tingkat full employment
atau tingkat jangka panjangnya.
Pengaruh perubahan penawaran uang terhadap
keseimbangan jangka panjang dari perekonomian yang bersangkutan sama dengan
pengaruh reformasi mata uang. Tingkat output foll employment ditentukan oleh
karunia sumber (endowments) berupa tenaga kerja dan modal yang dimiliki oleh
perekonomian itu sendir. Maka dari itu dalam jangka panjang, output riil tidak
ditentukan oleh penawaran uang. Demikian pula dengan suku bunga yang juga bebas
dari pengaruh penewaran uang jangka panjang. Jika penawaran uang di semua harga
naik dua kali lipat secara permanen, maka tidak ada alasan bagi seseoranng yang
bersedia meminjamkan $1 demi memperoleh $1,10 setahun kemudian untuk tidak
berssedia meminjamkan $2 demi memperoleh $2,20 setahun berikutnya. Jadi, suku
bung atetap 10% setahun. Harga-harga relatif juga tetap jika semua harga uang
(dinyatakan dengan satuan uang) naik dua kali lipat, Karen aharga relative pada
dasarnya adalah nisbah harga uang. Dengan demikian, perubahan penawaran uang
tidak mengubah alokasi jangka panjang terhadap segenap sumber daya. Yang
berubah hanyalah tingkat harga-harga uang secara absolute (nominal).
Suatu kenaikan permanen dalam penawaran uang
menimbulkan kenaikan proporsional atas nilai jangka panjang semua tingkat
harga. Apalagi dalam perekonomian yang sejak semula sudah mencapai full employment,
suatu kenaikan permanen dalam penawaran uang pada akhirnya akan diikuti oleh
kenaikan tingkat harga secara poporsional.
B.
Sistem Penentuan Kurs
Sifat
kurs valuta asing sangat tergantung dari sifat pasar. Apabila transaksi jual
beli valuta asing dilakukan secara bebas di pasar, maka system kurs akan
berubah-ubah sesuai dengan perubahan permintaan dan penawaran. Apabila
pemerintah menjalankan stabilisasi kurs, maka kurs hanya akan berubah di dalam
batas yang kecil. Sistem ini disebut exchange control, dimana pemerintah
menguasai sepenuhnya transaksi valuta asing.
1. Sistem
kurs yang berubah-ubah
Di dalam pasar bebas
perubahan kurs tergantung pada beberapa factor yang mempengaruhi permintaan dan
penawaran valuta asing. Makin tinggi tingkat pertumbuhan pendapatan, makin
besar pula kemungkinan untuk impor yang berarti makin besar pula permintaan
akan valuta asing. Kurs valuta asing cenderung naik (harga mata uang sendiri
turun). Demikian juga inflasi, akan menyebabkan impor naik dan ekspor turun
yang mengakibatkan kurs valas naik. Kenaikan tingkat bunga dalam negeri
cenderung menarik modal masuk dari luar negeri. Kurs valas akan turun (nilai
mata uang sendiri naik relative terhadap valuta asing).Disamping factor-faktor
ekonomi tersebut ada factor non ekonomi yang dapat mempengaruhi perubahan kurs
seperti factor politis dan psykologi, seperti kepanikan yang terjadi di dalam
negeri kan menyebabkan larinya dana ke luar negeri sehingga kurs valas akan
naik.
2. Sistem
kurs yang stabil
Sistem kurs bebas
seperti yang tersebut diatas sering menimbulkan adanya tindakan spekulasi
sebagai akibat ketidaktentuan di dalam kurs valuta asing. Oleh karena itu
banyak Negara yang kemudian menjalankan suatu kebijaksanaan untuk menstabilkan
kurs. Pada dasarnya kurs yang stabil dapat timbul secara :
a. Aktif
yaitu pemerintah menyediakan dana untuk tujuan stabilisasi kurs (stabilization
funds).
b. Pasif
yaitu di dalam Negara yang menggunakan standar emas.
• Stabilisasi Kurs
Kegiatan
stabilisasi kurs dapat dijalankan denga cara berikut: apabila tendensi kurs
valuta asing akan turun maka pemerintah membeli valas di pasar. Dengan
tambahnya permintaan dari pemerintah maka tendensi kurs turun dapat di cegah.
Sebaliknya apabila tendensi kurs naik maka pemerintah menjual valas di pasar
sehingga penawaran valas bertambah dan kenaikan kurs dapat dicegah.
• Standar Emas
Suatu
Negara dikatakan memakai standar emas apabila:
1. Nilai
mata uangnya dijamin dengan nilai seberat emas tertentu.
2. Setiap
orang boleh membuat serta melebur uang emas
3. Pemerintah
sanggup membeli atau menjual emas dalam jumlah yang tidak terbatas pada harga
tertentu ( yang sudah ditetapkan pemerintah).
Dalam
system standar emas, kurs mata uang suatu Negara terhadap Negara lain di
tentukan atas dasar emas. Kurs ini akan stabil selama syarat-syarat diatas
dipenuhi dan lalu lintas emas bebas. Dalam realita, kurs ini akan berubah-ubah
di dalam batas-batas yang ditentukan oleh besarnya ogkos angkut emas.
•
Pengawasan Devisa ( Exchange Control)
Di
dalam system ini pemerintah memonopoli seluruh transaksi valas. Pemerintah
dapat menetapkan kurs suatu mata uang itu:
1. Hanya
satu jenis saja, tidak tergantung pada tujuan penggunaan devisa tersebut.
2. Lebih
dari satu macam kurs, tergantung daripada tujuan penggunaannya
Pada
umumnya tujuan suatu Negara melakukan pengawasan devsa adalah :
a. Mencegah
terjadinya aliran modal ke luar negeri dan menekan neraca pembayaran
internasional ( NPI) yang disequilibrium.
b. Melindungi
industry dalam negeri
c. Memperoleh
pendapatan bagi pemerintah. Hal ini dilakukan oleh pemerintah dengan cara
menetapkan kurs yang berbeda antara pembelian dan penjualan.
d. Tie
in Import Arrangement: penggunaan devisa untuk impor tertentu tetapi dengan
syarat importer harus juga membeli barang pelengkap atau barang yang sama hasil
produksi di dalam negeri dalam proporsi tertentu.
C.
Teori
Paritas Daya Beli (PPP)
Bukti
empiris dalil PPP dan dalil satu harga
Seberapa
jauh teori PPP dapat menjelaskan data actual mengenai kurs dan tingkat harga
nasional (dari masing-masing negara)? Jawaban singkat atas pernyataan ini
adalah bahwa semua versi teori PPP memang kurang mampu menjelaskan
kenyataan-kenyataan yang ada. Yang lebih penting, perubahan-perubahan tingkat
harga nasional seringkali kurang mampu atau bahkan gagal sama sekali dalam
menjelaskan pergerakan kurs.
Untuk
menguji PPP absolute, para peneliti ekonomi membandingkan harga internasional
atas sejumlah komoditi tertentu tanpa mengabaikan kemungkinan perbedaan mutu
antara barang-barang yang nampaknya identik itu dari masing-masing Negara.
Perbandingan ini membuahkan kesimpulan bahwa PPP absolute memang tidak bisa
dipertahankan, harga komoditi identik dari berbagai Negara, ketika
dikonversikan dalam satu satuan mata uang yang sama, ternyata sangat
bervariasi. Dalil satu harga pun kurang sesuai dengan hasil penelitian terakhir
atas data harga per jenis komoditi. Sejak awal 1970an, harga barang-barang
manufaktur yang mirip satu sama lain ternyata juga sangat berlainan di pasar
yang satu dibandingkan dengan pasar yang lain. Oleh karena argument yang
melahirkan PPP absolute didasarkan pada dalil satu harga, tidaklah mengherankan
bila PPP tidk sesuai dengan data yang ada.
PPP
relative kadang-kadang memang agak sesuai dengan data, namun biasanya ia juga
agak menyimpang.melalui penyajian data ES/DM atau kurs dollar DM serta nisbah
tingkat harga Amerika-Jerman atau PUS/PG antara 1964 hingga 1988, mengungkapkan
kelemahan PPP relative. Tingkat bunga diukur berdasarkan indeks yang dilaporkan
pemerintah Amerika dan Jerman. PPP relative memprediksi bahwa ES/DM dan PUS/PG
akanbergerak secara proporsional. Sebagaimana bisa Anda saksian did lam gambar,
prediksi ini ujud hingga 1970. Namun hanya terwujud hingga 1970. Namun sejak
saat itu, PPP sama sekali tidak berlaku dengan terjadinya depresiasi dollar
yang sangat tajam terhadap DM antara 1970 hingga 1973, sekalipun tingkat harga
Amerika Serikat dibandingkan dengan tingkat harga Jerman mengalami sedikit
penurunan selama periode tersebut. Antara 1973 hingga 1979, kehandalan PPP
nampaknya lebih Nampak sehubungan dengan terjadinya kenaikan relative tingkat
harga Amerika terhadap tingkat harga Jerman yang disertai dengan terjadinya
depresiasi dollar terhadap DM selama periode tersebut. Akan tetapi besarnya depresiasi
dollar dari 1973 sampai 1979 melebihi prediksi PPP.
Penyimpangan
dramatis dari PPP relative berlangsung di tahun-tahun setelah 1979. Pada
tahun-tahun itu dollar pertama-tama mengalami apresiasi besar-besaran terhadap
DM sekalipun tingkat harga Amerika mengalami kenaikan relative terhadap tingkat
harga Jerman, selanjutnya mengalami depresiasi yang jauh melebihi prediksi PPP.
PPP relative tidak berlaku salama periode 1964-1983. Selama dua penggal decade
itu, presentase kenaikan kurs dollar /DM hamper sama dengan presentase kenaikan
relative tingkat harga Amerika terhadap tingkat harga Jerman. Namun apabila
kita lihat jauhnya pergeseran antara PPP relative selama periode 1964-1983 dan
yang ada sejak 1983, nampaknya PPP tidak bisa diandalkan untuk menjelaskan
pergerakan kurs dalam jangka panjang.
Penelitian
mengenai mata uang lainnya pada umumnya mendukung fakta yang ditunjukkan oleh
gambar tersebut. PPP relative tidak bisa berbicara banyak mengenai kondisi
setelah awal 1970an, namun ia bisa dijadikan pedoman untuk memahami hubungan
antara kurs dan tingkat harga nasional pada 1960an. Anda akan ketahui nanti
dari pembahasan berikutnya, bahwa periode antara akhir Perang Dunia Kedua di
tahun 1945 hingga awal 1970an juga merupakan suatu periode di mana kurs ditetapkan
secara internasional melalui serangkaian intervensi bank-bank sentral terhadap
pasar valuta asing. Selama paruh pertama dekade 1920an, sama halnya dengan pada
periode 1970an dan 1980an, kurs langsung terbentuk oleh pasar.pada masa-masa
inilah, penyimpangan-penyimpangan mencolokdari PPP tercipta.
SEBAB-SEBAB
GUGURNYA PPP
Ada beberapa kelemahan
mencolok dari logika yang terkandung dalam teori PPP mengenai kurs yang
didasarkan pada dalil satu harga.
1.
Asumsi yang dianut oleh dalil satu harga
bahwa biaya transport dan pembatasan perdagangan bias diabaikan, ternyata tidak
dapat dipertahankan. Dalam kenyataan sesungguhnya, biaya trnspor dan pembatasan
perdagangan tidak bias diabaikan. Pembatasan perdagangan ini terkadang demikian
tingginya sehingga menghambat sebagian perdagangan barang dan jasa antar
Negara.
2.
Praktek-praktek monopolistic dan
oligopolistic di berbagai pasar barang, bersama dengan biaya transport dan
pembatasan perdagangan, semakin memperlemah keterkaitan harga atas barang yang
sama di berbagai Negara.
PPP
DALAM JANGKA PENDEK DAN JANGKA PANJANG
Beberapa
factor penyebab lemahnya bukti empiris PPP yang di bahas juga dapat
mengakibatkan melebarnya perbedaan tingkat-tingkat harga nasional, bahkan dalam
jangka pangjang sekalipun. Tingkat-tingkat harga memang tetap memiliki
kesempatan untuk menyesuaikan diri menuju posisi pasar yang seimbang, namun
terdapat jenis harga yang kaku dan memerlukan banyak waktu untuk menyesuaikan
diri secara penuh. Oleh karena itu penyimpangan dari PPP dalam jangka pendek
lebih besar dareipada jangka panjang.
Depresiasi
dollar secara besar-besaran terhadap seluruh mata uang lainnya, misalnya
menyebabkan harga peralatan pertanian Amerika relative lebih murah dibandingkan
dengan peralatan serupa buatan luar negeri. Karena itu para petani di seluruh
dunia mengalihkan permintaan mereka akan traktor dan mesin penuai kepada para
produsen Amerika. Pada gilirannya, hal tersebut menyebabkan harga peralatan
Amerika cenderung meningkat dan memperkecil penyimpangan terhadap dalil satu
harga yang bersumber dari depresiasi dollar tadi. Tapi proses kenaikan harga
secara penuh ini perlu waktu. Sementara pasar tengah menyesuaikan diri terhadap
kurs, selisih harga peralatan pertanian buatan Amerika dan Negara-negara lain
bias saja semakin melebar.
Mungkin
orang sering berpendapat bahwa kekakuan harga dalam jangka pendek dan gejolak
kurs dapat membantu menjelaskan sebuah fenomena yang kita singgung tatkala
membahas gambar 15-3, yakni bahwasannya penyimpangan dari PPP relative jauh
lebih mencolok dalam periode kurs mengambang. Penafsiran data seperti itu
ternyata ditunjang oleh hasil penelitian empiris baru-baru ini. Dalam sebuah
penelitian seksama yang meliputi banyak Negara dan periode-periode bersejarah,
Michael Musa dari Universitas Chicago membandingkan jangkauan penyimpangan
jangka pendek dari PPP pada masa system kurs tetap dan masa system kurs
mengambang. Ia mendapati bahwa system kurs mengambang secara sistematis
mengakibatkan penyimpangan jangka pendek dari PPP yang jauh lebih besar dan
lebih sering.
LEBIH
JAUH MENGENAI PPP : SEBUAH MODEL UMUM KURS DALAM JANGKA PANJANG
Mengapa
kita begitu banyak membahas teori PPP, padahal teori ini banyak keterbatasannya
dan bahkan Nampak kontradiktif dengan data yang ada? Kerana gagasan dasar PPP
dalam mempertautkan kurs jangka panjang dengan tingkat-tingkat harga nasional
merupakan awal pembahasan yang penting dan harus dipahami dengan baik.
Pendekatan moneter yang telah disinggung di atas mengabaikan PPP, dan ternyata
terlalu sederhana untuk memberikan prediksi akurat kondisi yang ada di dunia
nyata. Lagi pula keterbatasan PPP itu sudah kita ketahui sebab-sebabnya.
Berikut ini kita akan mengembangkan sebuah model umum mengenai terbentuknya
kurs dalam jangka panjang. Meskipun lebih rumit daripada pendekatan meneter,
model ini lebih mampu menjelaskan perilaku kurs yg sesungguhnya.
Model
umum yang akan kita kembangkan ini juga memberi alasan tambahan atas pentingnya
konsep PPP. Model ini mampu menunjukkan situasi-situasi penting tertentu dimana
prediksi pendekatan moneter yang sederhana itu benar-benar akurat dalam jangka
panjang. Situasi yang memungkinkan hal ini terjadi adalah situasi dimana
perubahan moneter merupakan penyebab utama terjadinya gejolak ekonomi.
Analisis
jangka panjang berikut ini juga mengabaikan komplikasi-komplikasi jangka pendek
yang bersumber dari kekuatan harga. Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya,
pemahaman terhadap perilaku kurs dalam jangka panjang merupakan syarat untuk
mengadakan analisis jangka pendek.
KURS
RIIL
Langkah
awal dalam pengembangan teori PPP adalah dengan mengetahui konsep kurs riil.
Kurs riil antar mata uang dari dua Negara merupakan rangkuman garis besar atas
segenap harga relative barang dan jasa Negara yang satu terhadap barang dan
jasa Negara lainnya. Kita perlu mengetahui karena prediksi pokok PPP menganggap
kurs riil tidak pernah berubah, paling tidak secara permanen. Guna
mengembangkan model yang dapat melukiskan kondisi sesungguhnya secara lebih
akurat, kita perlu mengkaji secara sistematis berbagai kekuatan yang dapat
menyebabkan terjadinya perubahan dramatis dan permanen dalam kurs riil.
Sebagaimana telah kita
saksikan, kurs riil itu penting bukan hanya Karena ia dapat mengkuantifikasilan
penyimpangan dari PPP, tetapi juga konsep ini merupakan landasan analisis
terhadap kondisi-kondisi penawaran dan permintaan makroekonomi dalam
perekonomian terbuka. Kita harus membedakan suatu kurs riil (yang merupakan
harga relative antara dua output) dengan kurs nominal (nominal exchange rate) yang merupakan harga relative antara dua
mata uang. Namun pembahasan yang tidak memerlukan pembedaan khusus ini istilah
“kurs” yang kita pakai akan mengacu pada pengertiannya sebagai kurs nominal.
Sebenarnya kurs riil
merupakan gabungan angka kurs nominal dan tingkat harga. Oleh karena itu
sebelum kita mendefinisikan kurs riil secara lebih terinci, kita perlu
menjelaskan ukuran tingkat harga yang akan kita gunakan. Seperti biasa kita
gunakan lambing PUS untuk tingkat harga Amerika Serikat dan PG
untuk tingkat harga Jerman. Oleh karena itu kita tidak mengasumsikan adanya PPP
absolute (ini kita lakukan dalam pembahasan mengenai pendekatan moneter), kita
tidak perlu lagi berasumsi bahwa tingkat harga dapat diukur atas dasar komoditi
acuan yang sama, baik di Amerika Serikat maupun Jerman. Karena kita juga akan
menghubungkan analisis kita dengan factor-faktor moneter, kita memerlukan
indeks harga masing-masing Negara yang dapat menjelaskan dengan baiik mengenai
pembelanjaan apa saja yang memotivasi penduduknya melontarkan permintaan akan
penawaran uangnya.
Memang tidak ada
tingkat harga yang dapat melakukan fungsi tersebut secara sempurna. Betapapun
kita harus memiliki suatu pedoman agar kita dapat mendefinisikan kurs riil
secara formal. Pleh karena itu mari kita anggap saja PUS sebagai
harga dollar dari sejumlah komoditi baku yang selalu dikonsumsikan setiap
minggunya oleh segenap rumah tangga dan perusahaan Amerika. Begitu pula PG,
yakni sebagai harga komoditi yang setiap minggu selalu dibeli oleh segenap
rumah tangga dan perusahaan Jerman. Yang penting untuk diingat adalah
bahwasannya tingkat harga Amerika Serikat
mewakili sejumlah komoditi yang diproduksi dan dikonsumsikan di Amerika
Serikat, sedangkan tingkat harga Jerman mewakili sejumlah komodity yang
diproduksi dan dikonsumsikan di Jerman.
Setelah kita tetapkan
komoditi acuan untuk mengukur tingkat harga, kini kita dapat mendefinisikan
secara formal kurs riil dolar/DM, yang dilambangkan qS/DM,
sebagai harga dollar relative dari komoditi Jerman terhadap Amerika. Jadi, bias
dikatakan kurs riil itu adalah nilai dollar dari tingkat harga Jerman dibagi
dengan tingkat harga Amerika atau secara simbolis dapat ditulis sebagai berikut
:
![]() |
Sebuah contoh numeric
akan menjelaskan konsep kurs riil ini. Diumpamakan saja komoditi acuan Jerman
berharga DM100 (sehingga PG = 100per komoditi acuan Jerman),
sedangkan harga komoditi acuan Anerika Serikat berharga $50 (jadi PUS =
$50 per komoditi acuan Amerika Serikat), dan kurs nominalnya adalah ES/DM
= $0.50 per DM. maka kurs riil dollar/DM :
|
Kenaikan kurs riil
dollar/DM qS/DM
(yang
disebut depresiasiriil dollar terhadap DM) bias menimbulkan berbagai implikasi.
Yang paling mencolok, sebagaimana ditunjukkan oleh persamaan rumus tersebut,
kenaikan itu akan mengakibatkan penurunan daya beli dollar si wilayah Jerma
bila dibandigkan dengan daya belinya di wilayah Amerika. Perubahan daya beli
ini terjadi karena harga dollar dari barang-barang Jerman mengalami kenaikan
relative terhadap harga dollar di barang-barang Amerika.
Dalam contoh numeric kita,
depresiasi nominal dollar sebesar 10% menyebabkan qS/DM menungkat
menjadi 1,1 komoditi Amerika per komoditi Jerman, ini merupakan depresiasi riil
dollar terhadap DM sebesar 10%. Depresiasi ini berarti bahwa daya beli dollar
terhadap barang maupun jasa Jerman turun 10% bila dibandingkan dengan daya
belinya terhadap barang dan jasa Amerika.
Meskipun banyak unsure
di tingkat harga nasional tidak bias diperdagangkan secara internasional, kita
bias menganggap kurs riil dollar/DM, atas qS/DM,
sebagai harga relative produk-produk Jerman secara keseluruhan terhadap
produk-produk Amerika. Harga relative itu adalah harga jual beli hipotesis atas
komoditi Jerman yang dilakukan oleh orang-orang Amerika (jual beli itu akan
berlangsung bila jual beli terhadap harga-harga domestic dimungkinkan). Dollar
dianggap mengalami depresiasi secara riil terhadap DM bila qS/DM
meningkat karena daya beli hipotesis dari produk-produk Amerika secara
keseluruhan terhadap produk Jerman menurun. Barang dan jasa Amerika menjadi
lebih murah dibandingkan dengan barang dan jasa Jerman.
Adapun apresiasi riil
dollar terhadap DM merupakan penurunan dalam qS/DM.
penurunan ini menunjukkan merosotnya harga relative dari produk-produk di
Jerman, atau meningkatnya daya beli dollar di Jerman (bila dibelanjakan di
Jerman) dibandingka dengan daya belinya di Amerika.
Cara kita menyatakan
depresiasi maupun apresiasi riil dollar terhadap DM sama dengan kita yang kita
gunakan pada kurs nominal (yaitu ES/DM) artinya adalah depresiasi dollar, ES/DM
turun berarti dollar mengalami apresiasi. Rumus yang telah dibahas tadi
menunjukkan bahwa bila harga-harga output tidak berubah, depresiasi maupun
apresiasi nominal akan menimbulkan depresiasi atau apresiasi riil, dan demikian
juga sebaliknya.jadi pembahasan kita mengenai perubahan kurs riil juga
melibatkan, pada kasus khusus pengamatan yang telah kita lakukan pada bab
sebelumnya yaitu bila harga uang domestic dan berbagai barang tetap, maka
depresiasi dollar akan mengakibatkan barang-barang di Amerika menjadi lebih
murah jika dibandingkan barang-barang dari Negara lain, sedangkan apresiasi
nominal dollar menyebabkanhal sebaliknya yaitu membuat barang Amerika menjadi
lebih mahal.
PERMINTAAN,
PENAWARAN, DAN KURS RIIL JANGKA PANJANG
Mudah
dipahami bahwa jika kondisi PPP tidak ada, maka nilai-nilai jangka panjang dari
kurs riil, seperti halnya harga-harga relative lainnya yang menyeimbangkan
pasar, akan ditentukan oleh kondisi-konsdisi penawaran dan permintaan. Namun
karena kurs riil selalu mengikuti perubahan harga relative antara komoditi
acuan dari dua Negara, maka berbagai kondisi kedua Negara itu kompleks, dan k
tidak perlu membahasnya secara panjang lebar. Focus kita adalah pada kedua
kasus yang selain mudah juga dalam prakteknya penting untuk menjelaskan mengpa
nilai-nilai jangka panjang kurs riil dapat berubah-ubah.
1.
Perubahan
seimbang dalam total penawaran Amerika relative terhadap permintaan luar
negeri. Andaikanlah pembelanjaan total masyarakat Amerika
atas berbagai barang dan jasa mengalami kenaikan relative terhadap pembelanjaan
masyarakat Jerman. Kita mengasumsikan perubahan pembelanjaan ini “seimbang”
dalam arti bahwa setiap unit pembelanjaan atas masing-masing kategori output
mengalami kenaikan secara proporsional dari tingkat pembelanjan semula.
(Sebagai contoh, masyarakat Amerika menaikkan pembelanjaan mereka atas setiap
jenis barang dan jasa sebesar 3% ) karena daya beli masyarakat Amerika sebagian
besar adalah produk-produk buatan Amerika (demikian pula dengan pembelanjaan
masyarakat Jerman yang sebagian besar tertuju pada produk-produk buatan
negaranya sendiri), maka kenaikan seimbang pembelanjaan masyarakat Amerika
secara relative terhadap pembelanjaan masyarakat Jerman akan mengakibatkan
terciptanya kelebihan permintaan ralatif akan produk-produk Amerika pada kurs
riil semula. Agar keseimbangan tercipta kembali, harga relative produk
nontradable Amerika terhadap produk nontradable Jerman harus miningkat. Dengan
meningkatnya harga produk secara besar-besaran, juga mengalami kenaikan
relative terhadap produk tradable Jerman. Segenap perubahan ini membuat qS/DM
atau harga relative komoditi baku Jerman terhadap harga komoditi Amerika,
mengalami penurunan. Disini bisa kita simpulkan bahwa kenaikan relative
keseimbangan dalam permintaan Amerika mentebabkan terjadinya apresiasi jangka
panjang atas kurs riil dollar/DM. demikian pula, penurunan yang relative
seimbang dalam permintaan Amerika menimbulkan depresiasi jangka panjang atas
kurs riil dollar/DM.
2.
perubahan
seimbang dalam penawaran relative output. Kini diumpamakan saja
efisiensi produksi tenaga kerja dan modal Amerika naik secara seimbang, baik
dalam sector tradable maupun nontradable. Karena masyarakat Amerika menggunakan
sebagian kenaikan pendapatannya untuk membeli produk luar negeri, maka
penawaran atas semua jenis barang dan jasa Amerika mengalami kenaikan relative
terhadap permintaannya. Akibatnya terciptalah kelebihan penawaran relative atas
output Amerika pada kurs. Ini menimbulkan kemerosotan harga relative berbagai
produk Amerika, baik yang tradable maupun yang nontradable, yang pada
gilirannya akan menyesuaikan tingkat penawaran tersebut, sehingga kelebihan tdi
akan menyusut. Jadi, kenaikan seimbang relative output Amerika mengakibatkan
kurs riil dollar/DM mengalami depresiasi dalam jangka panjang. Adapun kenaikan
seimbang relative output Jerman mengakibatkankurs riil dollar/DM mengalami
apresiasi dalam jangka panjang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Setelah baca jangan lupa tinggalkan komentar ya