Pengikut

2012/03/23

PENGERTIAN KURS


A.    Pengertian Kurs
Kurs (exchange rate) adalah harga sebuah mata uang dari sutu negara yang diukur atau dinyatakan dalam mata uang lainnya. Kurs memainkan peranan penting dalam keputusan-keputusan pembelanjaan, Karena kurs memungkinkan kita menerjemahkan harga-harga dari berbagai negara ke dalam satu bahasa yang sama. Bila semua kondisi lainnya tetap, depresiasi mata uang dari suatu negara terhadap segenap mata uang lainnya (kenaikan harga valuta asing bagi negara yang bersangkutan) menyebabkan ekspornya lebih murah dan impornya lebih mahal. Sedangkan apresiasi (penurunan harga valuta asing di negara yang bersangkutan) membuat ekspornya lebih mahal dan impornya lebih murah.
Kurs sangat penting dalam pasar valuta asing (foreign excahange market). Walaupun perdagangan valuta asing berlangsung di berbagai pusat keuangan yang tersebar di seluruh dunia, teknologi telekomunikasi modern telah mempertautkan mereka menjadi sebuah rangkaian pasar tunggal yang beroperasi 24 Jam setiap hari. Salah satu kategori penting dalam perdagangan valuta asing adalah perdagangan berjangka (forword trading), di mana beberapa pihak sepakat mempertukarkan mata uang di waktu mendatang atas dasar kurs yang mereka sepakati. Sedangkan kategori lainnya, yakini perdagangan spot (spot trading) langsung melaksanakan pertukaran tersebut ( ini biasanya untuk keperluan-keperluan mendesak atau praktis).
Oleh karena kurs merupakan harga relative dari dua set, maka layak biala kurs dianggap sebagai harga asset itu sendiri. prinsip dasar penetapan harga asset adalah bahwa nilai asset saat ini ditentukan oleh perkiraan daya belinya di masa mendatang. Dalam mngevaluasi asset, para penabung (investor) selalu memperlihatkan aspek perkiraan imbalan (rate of return) yang dibuahkan asset itu, atau tingkat pertambahan nilai investasi yang tertanam dalam asset tersebut di waktu-waktu selanjutnya.Imbalan dari simpanan yang diperdagangkan di pasar valuta asing ditentukan oleh suku bunga (interest rate) dan perkiraan perubahan kurs.
Keseimbangan dalam pasar valuta asing mensyaratkan adanya kondisi interest parity, yakni suatu kondisi di mana berbagai simpanan dalam mata uang apa pun menawarkan perkiraan imbalan yang sama besarnya (bila diukur atau dihitung dengan satuan yang sama). Bila suku bunga dan perkiraan kurs masa mendatang tetap, kondisi interest parity menjamin adanya keseimbangan kurs. Kurs yang tengah berlaku juga dipengaruhi oleh berbagai perubahan atas perkiraan kurs untuk waktu mendatang. Sebagai contoh, apabila terjadi kenaikan perkiraan kurs dolar/DM untuk masa yang akan datang, maka jika suku bunga tetap, kurs dolar/DM yang tengah berlaku akan meningkat.
Kurs dapat pula disebut sebagai perbandingan nilai. Dalam pertukaran dua mata uang yang berbeda, maka akan terdapat perbandingan nilai/harga antara kedua mata uang tersebut. Perbandingan nilai inilah yang disebut dengan kurs.
Dalam kenyataannya, sering terdapat berbagai tingkat kurs untuk satu valuta asing. Perbedaan ini timbul karena beberapa hal antara lain perbedaan antara kurs beli dan jual oleh pedagang valas, perbedaan kurs yang diakibatkan oleh perbedaan dalam waktu pembayarannya, perbedaan dalam tingkat keamanan dalam penerimaan hak pembayaran. Kurs beli adalah kurs yang dipakai apabila para pedagang valas atau bank membeli valuta asing, sedangkan kurs jual adalah kurs yang dipakai apabla pedagang valas atau bak menjual valuta asing.
B.     Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nilai Kurs
1.    Tingkat inflasi
Dalam pasar valuta asing, perdagangan internasional baik dalam bentuk barang atau jasa menjadi dasar yang utama dalam pasar valuta asing, sehingga perubahan harga dalam negeri yang relatif terhadap harga luar negeri dipandang sebagai faktor yang mempengaruhi pergerakan kurs valuta asing. Contoh: jika Amerika sebagai mitra dagang Indonesia mengalami tingkat inflasi yang cukup tinggi maka harga barang Amerika juga menjadi lebih tinggi, sehingga otomatis permintaan terhadap produk relatif mengalami penurunan.
Rasio uang dalam daya beli (paritas daya beli) berfungsi sebagai titik nilai tukar yang mencerminkan hukum nilai. Itulah mengapa tingkat inflasi berdampak pada nilai tukar. Peningkatan inflasi di suatu negara mengarah pada penurunan mata uang nasional, dan sebaliknya. Penyusutan inflasi uang di dalam negeri akan mengurangi daya beli dan kecenderungan untuk menjatuhkan nilai tukar mata uang mereka terhadap mata uang negara-negara di mana tingkat inflasi yang lebih rendah.

2.    Aktifitas neraca pembayaran
Neraca pembayaran secara langsung mempengaruhi nilai tukar. Dengan demikian, neraca pembayaran aktif meningkatkan mata uang nasional dengan meningkatnya permintaan dari debitur asing. Saldo pembayaran yang pasif menyebabkan kecenderungan penurunan nilai tukar mata uang nasional sebagai seorang debitur dalam negeri mencoba untuk menjual semuanya menggunakan mata uang asing untuk membayar kembali kewajiban eksternal mereka. Ukuran dampak neraca pembayaran pada nilai tukar ditentukan oleh tingkat keterbukaan ekonomi. Contoh, efek dari perubahan tarif, pembatasan impor, kuota perdagangan, subsidi ekspor berdampak pada neraca perdagangan. Ketika keseimbangan positif dalam perdagangan ada di muka terdapat peningkatan permintaan untuk mata uang negara yang meningkatkan laju, dan dalam hal keseimbangan negatif proses sebaliknya terjadi. Pergerakan modal jangka pendek dan jangka panjang bergantung pada tingkat suku bunga domestik, pembatasan atau mendorong impor dan ekspor modal.

3.    Perbedaan suku bunga di berbagai negara
Perubahan  tingkat suku bunga di suatu negara akan mempengaruhi arus modal internasional. Pada prinsipnya, kenaikan suku bunga akan merangsang masuknya modal asing  Itulah sebabnya di negara dengan modal lebih tinggi tingkat suku bunga masuk, permintaan untuk meningkatkan mata uang, dan itu menjadi mahal. Pergerakan modal, terutama spekulatif “uang panas” meningkatkan ketidakstabilan neraca pembayaran.
Suku bunga mempengaruhi operasi pasar valuta asing dan pasar uang. Ketika melakukan transaksi, bank akan mempertimbangkan perbedaan suku bunga di pasar modal nasional dan global dengan pandangan  yang berasal dari laba. Mereka lebih memilih untuk mendapatkan pinjaman lebih murah di pasar uang asing, dimana tingkat lebih rendah, dan tempat mata uang asing di pasar kredit domestik, jika tingkat bunga yang lebih tinggi. Di sisi lain, kenaikan nominal suku bunga di suatu negara menurunkan permintaan untuk mata uang domestik sebagai tanda terima kredit yang mahal untuk bisnis. Dalam hal mengambil pinjaman, pengusaha meningkatkan biaya produk mereka yang, pada gilirannya, menyebabkan tingginya harga barang dalam negeri. Hal ini relatif mengurangi nilai mata uang nasional terhadap satu negara

4.    Tingkat pendapatan relatif
Faktor lain yang mempengaruhi permintaan dan penawaran dalam pasar mata uang asing adalah laju pertumbuhan pendapatan terhadap harga-harga luar negeri. Laju pertumbuhan pendapatan dalam negeri diperkirakan akan melemahkan kurs mata uang asing. Sedangkan pendapatan riil dalam negeri akan meningkatkan permintaan valuta asing relatif dibandingkan dengan supply yang tersedia.

5.    Kontrol pemerintah
Kebijakan pemerintah bisa mempengaruhi keseimbangan nilai tukar dalam berbagai hal        termasuk:
a. Usaha untuk menghindari hambatan nilai tukar valuta asing.
b. Usaha untuk menghindari hambatan perdagangan luar negeri.
c. Melakukan intervensi di pasar uang yaitu dengan menjual dan membeli mata uang.
             Alasan pemerintah untuk melakukan intervensi di pasar uang adalah :
a.Untuk memperlancar perubahan dari nilai tukar uang domestik yang bersangkutan.
b. Untuk membuat kondisi nilai tukar domestik di dalam batas-batas yang ditentukan.
c. Tanggapan atas gangguan yang bersifat sementara.
d. Berpengaruh terhadap variabel makro seperti inflasi, tingkat suku bunga dan tingkat pendapatan

6.    Ekspektasi
Faktor terakhir yang mempengaruhi nilai tukar valuta asing adalah ekspektasi nilai tukar di masa depan. Sama seperti pasar keuangan yang lain, pasar valas bereaksi cepat terhadap setiap berita yang memiliki dampak ke depan. Dan sebagai contoh, berita mengenai bakal melonjaknya inflasi di AS mungkin bisa menyebabkan pedagang valas menjual Dollar, karena memperkirakan nilai Dollar akan menurun di masa depan. Reaksi langsung akan menekan nilai tukar Dollar dalam pasar.

C.     Kurva Penawaran Uang dan Kurs Jangka Pendek

Keterkaitan antara uang, suku bunga dan kurs


Kurs dolarDM, ES/DM
                            Imbalan atas simpanan dolar


                                 
 

E1$/DM                               1’ Perkiraan Imbalan atas
                                            simpanan DM               


0                                                            Imbalan kurs (dalam nilai dolar)
                R1$                                        L(R$,YUS)



MSUS                                                                Penawaran uang riil
PUS                                  1

(kenaikan)

Tingkat harga uang riil
Amerika Serikat

Gambar 14-6. Keseimbangan simultan di pasar uang dan pasar valuta asing Amerika.
Kedua pasar asset berada dalam keseimbangan pada tingkat suku bunga R1$ dan kurs E1$/DM sehingga penawaran uang sama dengan permintaan uang (titik 1) dan kondisi interest parity terpenuhi (titik 1’).

Gambar 14-6 menggabungkan kedua gambar yang telah kita pakai sebelumnya guna menunjukkan keseimbangan dalam pasar uang dan pasar valuta asing Amerika Serikat. Bagian bawah gambar merupakan reproduksi gambar keseimbangan pasar uang. Sumbu horizontal yang bermula dari angka nol mengukur suku bunga dolar, sedangkan penawaran uang riil Amerika Serikat dihitung dari nol pada sumbu vertical. Keseimbangan pasar uang kini berada di titik 1, di mana suku bunga dolar RS1 mendorong permintaan masyarakat akan uang riil (dolar) sama dengan penawaran uang riil Amerika Serikat (dengan symbol MSUS/PUS).
Bagian atas gambar 14-6 menunjukkan keseimbangan di pasar valuta asing. Garis lengkung mengarah ke bawah menunjukkan perkiraan imbalan dolar dari simpanan DM. srahnya ke bawah dikarenakan perubahan kurs sekarang (current exchange rate) mempengaruhi perkiraan depresiasi pada masa mendatang: mneguatnya nilai dolar sekarang atau hari ini (artinya kurs $/DM turun), sedangkan perkiraan kurs $/DM di masa mendatang tetap, membuat simpanan dolar lebih menarik karena hal itu menimbulkan harapan banyak orang akan terjadinya depresiasi dolar yang lebih besar di masa mendatang. Garis vertical pada bagian atas gambar mengukut suku bunga dolar, yakni R14, di pasar uang. Titik potong antara garis lengkung dan garis tegak lurus (titik 1’) menunjukkan adanya kondisi interest parity, di mana perkiraan imbalan yang ditawarkan simpanan dolar dan simpanan DM sma besarnya.
Gambar 14-6 menekankan keterkaitan antara pasar uang Amerika Serikat dan pasar valuta asing. keterkaitan itu adalah bahwasanya pasar uang Amerika Serikat menentukan sukku bunga dolar, yang pada gilirannya mempengaruhi kurs penentu kehadiran kondisi interest parity. Terdapat keterkaitan serupa antara pasar uang Jerman dan pasar valuta asing yang operasinya dipengaruhi oleh perubahan-perubahan suku bunga DM).
Bank-bank sentral Amerika Serikat dan Jerman, yakni Federal Reserve dan Bundes bank, menentukan penawaran uang Amerika Serikat dan Jerman, yaitu MSUS dan MGS. Bila harga dan pendapatan nasional kedua negara diabaikan, keseimbangan pasar uang nasional masing-masing negara mempengaruhi suku bunga dolar dan DM, yakni R$ dan RDM.. Kedua suku bunga ini mempengaruhi pasar valuta asing di mana, bila perkiraan kurs $/DM di masa mendatang diabaikan, kurs $/DM yang tengah berlaku langsung ditentukan oleh kondisi interest parity.






D.   
 
E.      





F.       






R$                                                                                                                                        RDM
(Suku bunga dolar)                                                                                           (Suku Bunga DM)
                                                 E$/DM
                                           (Kurs dolar/DM)

Gambar 14-7. Keterkaitan pasar uang dengan kurs.
Langkah-langkah kebijakan moneter oleh Fed mempengaruhi tingkat suku bunga A.S, mengubah kurs dolar/DM yang menyeimbangkan pasar valuta asing. Bundesbank dapat mempengaruhi kurs dengan mengubah penawaran uang dan tingkat suku bunga Jerman.
Penawaran Uang Amerika Serikat Dan Kurs Dolar/DM
Gambar 14-8 menunjukkan pengaruh perubahan penawaran uang.
Pada tingkat penawaran uang awal, M1US, pasar uang berada dalam kondisi keseimbangan pada titik 1, dengan suku bunga R$1.. Bila suku bunga DM dan perkiraan kursnya di masa mendatang diabaikan, maka suku bunga dolar R$1 mengharuskan keseimbangan pasar valuta asing berada di titik 1’, dengan kurs sama dengan E1E/DM.




Kurs dolarDM, ES/DM
                                   
 simpanan dolar
 


E2$/DM                         2’   
 

E1$/DM                               1’
                       
                                                              Simpanan DM
                                                                             Imbalan kurs (dalam nilai dolar)
0             
                 R2$     R1$                                L(R$,YUS)

M1US
PUS
                                      1                                Penawaran uang riil
M2US
PUS                                  2
                                       

Tingkat harga uang riilAmerika Serikat

Gambar 14-8. Dampak peningkatan penawaran uang Amerika (PUS dan YUS tidak berubah) terhadap kurs dolar/DM dan tingkat suku bunga dolar.
Jika penawaran uang naik dari M1US ke M2US, tingkat suku bunga dolar turun (kala keseimbangan pasar uang beralih ke titik 2) dan dolar mengalami depresiasi terhadap DM (kala keseimbangan pasar valuta asingterjadi di titik 2’).

Jika Federal Reserve meningkatkan penawaran uang Amerika Serikat dari M1US menjadi M2US, maka akan timbul serentetan peristiwa sebagai berikut :
(1)   Pada tingkat bunga awal sebesar R$1 terdapat kelebihan penawaran uang dalam pasar uang Amerika Serika; akibatnya suku bunga dolar turun menjadi R$2 dan pasar uang mencapai posisi ekuilibriumnya yang brau di titik 2.
(2)   Terlepas dari kurva E1$/DM dan suku bunga dolar yang baru dan lebih rendah, perkiraan imbalan yang dijanjikan simpanan DM lebih besar daripada yang ditawarkan oleh simpanan dolar. Para pemilik simpanan dolar segera terdorong menjualnya dan menggantinya dengan simpanan DM yang pada saat itu memang lebih menarik.
(3)   Oleh karena para pemilik simpanan dolar berlomba-lomba berusaha menukarnya dengan simpanan DM, maka dolar kemudian mengalami depresiasi sehingga kursnya menjadi E2$/DM. Pasar valuta asing akhirnya kembali ke posisi keseimbangan di titik 2 karen apergeseran kurs ke E2$/DM mengakibatkan penurunan perkiraan depresiasi dolar di masa mendatang yang sama besarnya (sehingga mengimbangi ) kemerosotan suku dolar.

Kenaikan penawaran uang di suatu negara mengakibatkan mata uangnya mengalami depresiasi di pasar valuta asing. Dengan membalik Gambar 14-8, pengurangan penawaran uang dari suatu negara menyebabkan mata uangnya mengalami apresiasi di pasar valuta asing.

 Pasar Uang Jerman dan Kurs Dolar/DM
Akibat kenaikan penawaran uang Jerman nampak pada gambar 14-9. Mula-mula, pasar uang Amerika Serikat berada pada posisi keseimbangan di titik 1, dan pasar valuta asing berada pada posisi keseimbangan di titik 1’., dengan kurs E1$/DM. kenaikan penawaran uang Jerman menurunkan RDM sehingga mnggeser titik singgung antara garis-garis perpanjangan yang melambangkan perkiraan imbalan simpanan DM dengan kurs kea rah kiri (atau ke bawah). Pasar valuta asing kembali ke posisi keseimbangan di titik 2’, dengan kurs E2$/DM. kenaikan penawaran uang Jerman menyebabkan DM mengalami depresiasi terhadap dolar (atau, harga dolar dari DM merosot). Demikian pula sebaliknya, penurunan uang Jerman membuat DM mengalami apresiasi terhadap dolar (kurs E$/DM meningkat). Perubahan penawaran uang Amerika Serikat yang tetap di titik 1.




Kurs dolarDM, ES/DM
                                                Simpanan dolar
 

                             1’
E1$/DM
                                               
E2$/DM                                 2’
                                        
                       
                                                              Simpanan DM
0                                                             Imbalan kurs (dalam nilai dolar)
               
                           R1$                                        L(R$,YUS)


MSUS
PUS
                                        1                             
                                       


Tingkat harga uang riil
Amerika Serikat


A.    UANG, TINGKAT HARGA, DAN KURS JANGKA PANJANG
Uang dan Harga Nominal (MONEY PRICES)
P = MS/L(R,Y)
Persamaan ini menunjukkan bagaimana tingkat harga ditentukan oleh suku bunga, tingkat penawaran uang domestic dan output riil.
Keseimbangan tingkat harga jangka panjang adalah nilai P yang memenuhi kondisi yang ditunjukkan oleh persamaan di mana suku bunga dan output berada pada tingkat-tingkat jangka panjang yang konsisten dengan full employment. Bila pasar uanng berada pada kondisi keseimbangan dan semua factor produksi tredayagunakan secara penuh, tingkat harga akan tetap asalkan penawaran uang, fungsi permintaan uang agregat, niali-nilai jangka panjang R serta Y juga tetap.
Salah satu unsure prediktif terpentung yang terkandung dalam persamaan P di atas menyangkut perihal hubungan antara tingkat harga di suatu negara dab tingkat penawaran uangnya atau Ms: Jika semua kondisi lainnya tetap, kenaikan penawaran uang suatu negara akan mengakibatkan kenaikan proporsional atas tingkat harganya. Sebagai contoh, jika tingkat penawaran uang naik dua kali lipat (menjadi 2Ms), sedangkan output dan suku bunga tidak berubah, maka tingkat harga pasti juga naik dua kali lipat (menjadi 2P) guna mempertahankan keseimbangan pasar uang.
Logika ekonomi dibalik prediksi yang sangat jitu ini bisa kita tarik dari pengamatan di atas bahwa permintaan uang merupakan permintaan akan uang riil. Sebagaimana diketahui, permintaan uang riil tidak akan meningkat sehubungan dengan naiknya Ms yang tidak mengubah R dan Y (ini berarti permintaan uang riil agregat atau L(R, Y) juga tidak mengalami perubahan,. Namun jika permintaan uang riil agregat tidak berubah, kondisi keseimbangan dalam pasar uang hanya dapat bertahan bila penawaran uang riil juga tetap. Agar penawaran uang penawaran uang riil atau Ms/P tetap konstan, P harus mengalami kenaikan yang sama besarnya (proporsional dengan kenaikan Ms.


Dampak-Dampak Jangka Panjang Perubahan Penawaran Uang
Suatu perubahan penawaran uang tidak mempengaruhi penawaran nilai-nilai jangka panjang dari suku bung ataupun ourput riil.
Cara memahami dampak-dampak jangka panjang terjadinya perubahan penawaran uang terhadap suku bunga dan output yaitu melalui reformasi mata uang, pemerintah suatu negara membentuk kembali unit mata uangnya. Sebagai contoh, pemerintah Perancis merombak mata uangnya pada tahun 1960 dengan menerbitkab franc Perancis yang “baru” (setiap unit nilainya sama dengan 100 unit franc Perancis “lama”). Reformasi ini dimaksudkan untuk mengurangi jumlah unit mata uang yang beredar, serta mnyusutkan semua harga yang terhitung dalam franc menjadi seperseratus. Akan tetapi penciptaan kembali unit moneter ini tidak mempengaruhi output riil, suku bunga atau harga-harga relatif berbagai macam barang. Satu-satunya yang terjadi hanyalah perombakan mendadak atas semua harga yang diukur dengan franc. Keputusan untuk mengganti satuan pengukur jarak dari 1 mil menjadi ½ mil tidak menimbulkan pengaruh berarti terhadap segenap variable ekonomi riil; demikian pula halnya dengan keputusan pemerintah Perancis menghilangkan dua angka nol dari semua harga yang dinyatakan dengan uangnya.
Kenaikan suplai atau penawaran mata uang dari suatu negara memiliki dampak jangka panjang serupa dengan yang ditimbulkan oleh suatu reformasi mata uang. Pelipatgandaan penawaran uang, misalnya, sama pengaruh jangka panjangnya dengan yang ditimbulkan oleh reformasi mata uang; pelipatgandaan itu sama artinya dengan mengganti satu unit mata uang “lama” dengan dua unit mata uang “baru”. Jika semula perekonomian yang bersangkutan sudah berhasil mendayagunakan segenap factor produksinya secara penuh (full employed), setiap harga yang dinyatakan dengan mata uang perekonomian yang bersangkutan pada akhirnya juga akan naik dua kali lipat, akan tetapi GNP riil, suku bunga, dan semua harga relatif akan kembali ke tingkat full employment atau tingkat jangka panjangnya.
Pengaruh perubahan penawaran uang terhadap keseimbangan jangka panjang dari perekonomian yang bersangkutan sama dengan pengaruh reformasi mata uang. Tingkat output foll employment ditentukan oleh karunia sumber (endowments) berupa tenaga kerja dan modal yang dimiliki oleh perekonomian itu sendir. Maka dari itu dalam jangka panjang, output riil tidak ditentukan oleh penawaran uang. Demikian pula dengan suku bunga yang juga bebas dari pengaruh penewaran uang jangka panjang. Jika penawaran uang di semua harga naik dua kali lipat secara permanen, maka tidak ada alasan bagi seseoranng yang bersedia meminjamkan $1 demi memperoleh $1,10 setahun kemudian untuk tidak berssedia meminjamkan $2 demi memperoleh $2,20 setahun berikutnya. Jadi, suku bung atetap 10% setahun. Harga-harga relatif juga tetap jika semua harga uang (dinyatakan dengan satuan uang) naik dua kali lipat, Karen aharga relative pada dasarnya adalah nisbah harga uang. Dengan demikian, perubahan penawaran uang tidak mengubah alokasi jangka panjang terhadap segenap sumber daya. Yang berubah hanyalah tingkat harga-harga uang secara absolute (nominal).
Suatu kenaikan permanen dalam penawaran uang menimbulkan kenaikan proporsional atas nilai jangka panjang semua tingkat harga. Apalagi dalam perekonomian yang sejak semula sudah mencapai full employment, suatu kenaikan permanen dalam penawaran uang pada akhirnya akan diikuti oleh kenaikan tingkat harga secara poporsional.
B.     Sistem Penentuan Kurs
Sifat kurs valuta asing sangat tergantung dari sifat pasar. Apabila transaksi jual beli valuta asing dilakukan secara bebas di pasar, maka system kurs akan berubah-ubah sesuai dengan perubahan permintaan dan penawaran. Apabila pemerintah menjalankan stabilisasi kurs, maka kurs hanya akan berubah di dalam batas yang kecil. Sistem ini disebut exchange control, dimana pemerintah menguasai sepenuhnya transaksi valuta asing.
1.      Sistem kurs yang berubah-ubah
Di dalam pasar bebas perubahan kurs tergantung pada beberapa factor yang mempengaruhi permintaan dan penawaran valuta asing. Makin tinggi tingkat pertumbuhan pendapatan, makin besar pula kemungkinan untuk impor yang berarti makin besar pula permintaan akan valuta asing. Kurs valuta asing cenderung naik (harga mata uang sendiri turun). Demikian juga inflasi, akan menyebabkan impor naik dan ekspor turun yang mengakibatkan kurs valas naik. Kenaikan tingkat bunga dalam negeri cenderung menarik modal masuk dari luar negeri. Kurs valas akan turun (nilai mata uang sendiri naik relative terhadap valuta asing).Disamping factor-faktor ekonomi tersebut ada factor non ekonomi yang dapat mempengaruhi perubahan kurs seperti factor politis dan psykologi, seperti kepanikan yang terjadi di dalam negeri kan menyebabkan larinya dana ke luar negeri sehingga kurs valas akan naik.
2.      Sistem kurs yang stabil
Sistem kurs bebas seperti yang tersebut diatas sering menimbulkan adanya tindakan spekulasi sebagai akibat ketidaktentuan di dalam kurs valuta asing. Oleh karena itu banyak Negara yang kemudian menjalankan suatu kebijaksanaan untuk menstabilkan kurs. Pada dasarnya kurs yang stabil dapat timbul secara :
a.       Aktif yaitu pemerintah menyediakan dana untuk tujuan stabilisasi kurs (stabilization funds).
b.      Pasif yaitu di dalam Negara yang menggunakan standar emas.
Stabilisasi Kurs
Kegiatan stabilisasi kurs dapat dijalankan denga cara berikut: apabila tendensi kurs valuta asing akan turun maka pemerintah membeli valas di pasar. Dengan tambahnya permintaan dari pemerintah maka tendensi kurs turun dapat di cegah. Sebaliknya apabila tendensi kurs naik maka pemerintah menjual valas di pasar sehingga penawaran valas bertambah dan kenaikan kurs dapat dicegah.
Standar Emas
Suatu Negara dikatakan memakai standar emas apabila:
1.      Nilai mata uangnya dijamin dengan nilai seberat emas tertentu.
2.      Setiap orang boleh membuat serta melebur uang emas
3.      Pemerintah sanggup membeli atau menjual emas dalam jumlah yang tidak terbatas pada harga tertentu ( yang sudah ditetapkan pemerintah).
Dalam system standar emas, kurs mata uang suatu Negara terhadap Negara lain di tentukan atas dasar emas. Kurs ini akan stabil selama syarat-syarat diatas dipenuhi dan lalu lintas emas bebas. Dalam realita, kurs ini akan berubah-ubah di dalam batas-batas yang ditentukan oleh besarnya ogkos angkut emas.
Pengawasan Devisa ( Exchange Control)
Di dalam system ini pemerintah memonopoli seluruh transaksi valas. Pemerintah dapat menetapkan kurs suatu mata uang itu:
1.      Hanya satu jenis saja, tidak tergantung pada tujuan penggunaan devisa tersebut.
2.      Lebih dari satu macam kurs, tergantung daripada tujuan penggunaannya
Pada umumnya tujuan suatu Negara melakukan pengawasan devsa adalah :
a.       Mencegah terjadinya aliran modal ke luar negeri dan menekan neraca pembayaran internasional ( NPI) yang disequilibrium.
b.      Melindungi industry dalam negeri
c.       Memperoleh pendapatan bagi pemerintah. Hal ini dilakukan oleh pemerintah dengan cara menetapkan kurs yang berbeda antara pembelian dan penjualan.
d.      Tie in Import Arrangement: penggunaan devisa untuk impor tertentu tetapi dengan syarat importer harus juga membeli barang pelengkap atau barang yang sama hasil produksi di dalam negeri dalam proporsi tertentu.
C.     Teori Paritas Daya Beli (PPP)
Bukti empiris dalil PPP dan dalil satu harga
       Seberapa jauh teori PPP dapat menjelaskan data actual mengenai kurs dan tingkat harga nasional (dari masing-masing negara)? Jawaban singkat atas pernyataan ini adalah bahwa semua versi teori PPP memang kurang mampu menjelaskan kenyataan-kenyataan yang ada. Yang lebih penting, perubahan-perubahan tingkat harga nasional seringkali kurang mampu atau bahkan gagal sama sekali dalam menjelaskan pergerakan kurs.
       Untuk menguji PPP absolute, para peneliti ekonomi membandingkan harga internasional atas sejumlah komoditi tertentu tanpa mengabaikan kemungkinan perbedaan mutu antara barang-barang yang nampaknya identik itu dari masing-masing Negara. Perbandingan ini membuahkan kesimpulan bahwa PPP absolute memang tidak bisa dipertahankan, harga komoditi identik dari berbagai Negara, ketika dikonversikan dalam satu satuan mata uang yang sama, ternyata sangat bervariasi. Dalil satu harga pun kurang sesuai dengan hasil penelitian terakhir atas data harga per jenis komoditi. Sejak awal 1970an, harga barang-barang manufaktur yang mirip satu sama lain ternyata juga sangat berlainan di pasar yang satu dibandingkan dengan pasar yang lain. Oleh karena argument yang melahirkan PPP absolute didasarkan pada dalil satu harga, tidaklah mengherankan bila PPP tidk sesuai dengan data yang ada.
       PPP relative kadang-kadang memang agak sesuai dengan data, namun biasanya ia juga agak menyimpang.melalui penyajian data ES/DM atau kurs dollar DM serta nisbah tingkat harga Amerika-Jerman atau PUS/PG antara 1964 hingga 1988, mengungkapkan kelemahan PPP relative. Tingkat bunga diukur berdasarkan indeks yang dilaporkan pemerintah Amerika dan Jerman. PPP relative memprediksi bahwa ES/DM dan PUS/PG akanbergerak secara proporsional. Sebagaimana bisa Anda saksian did lam gambar, prediksi ini ujud hingga 1970. Namun hanya terwujud hingga 1970. Namun sejak saat itu, PPP sama sekali tidak berlaku dengan terjadinya depresiasi dollar yang sangat tajam terhadap DM antara 1970 hingga 1973, sekalipun tingkat harga Amerika Serikat dibandingkan dengan tingkat harga Jerman mengalami sedikit penurunan selama periode tersebut. Antara 1973 hingga 1979, kehandalan PPP nampaknya lebih Nampak sehubungan dengan terjadinya kenaikan relative tingkat harga Amerika terhadap tingkat harga Jerman yang disertai dengan terjadinya depresiasi dollar terhadap DM selama periode tersebut. Akan tetapi besarnya depresiasi dollar dari 1973 sampai 1979 melebihi prediksi PPP.
       Penyimpangan dramatis dari PPP relative berlangsung di tahun-tahun setelah 1979. Pada tahun-tahun itu dollar pertama-tama mengalami apresiasi besar-besaran terhadap DM sekalipun tingkat harga Amerika mengalami kenaikan relative terhadap tingkat harga Jerman, selanjutnya mengalami depresiasi yang jauh melebihi prediksi PPP. PPP relative tidak berlaku salama periode 1964-1983. Selama dua penggal decade itu, presentase kenaikan kurs dollar /DM hamper sama dengan presentase kenaikan relative tingkat harga Amerika terhadap tingkat harga Jerman. Namun apabila kita lihat jauhnya pergeseran antara PPP relative selama periode 1964-1983 dan yang ada sejak 1983, nampaknya PPP tidak bisa diandalkan untuk menjelaskan pergerakan kurs dalam jangka panjang.
       Penelitian mengenai mata uang lainnya pada umumnya mendukung fakta yang ditunjukkan oleh gambar tersebut. PPP relative tidak bisa berbicara banyak mengenai kondisi setelah awal 1970an, namun ia bisa dijadikan pedoman untuk memahami hubungan antara kurs dan tingkat harga nasional pada 1960an. Anda akan ketahui nanti dari pembahasan berikutnya, bahwa periode antara akhir Perang Dunia Kedua di tahun 1945 hingga awal 1970an juga merupakan suatu periode di mana kurs ditetapkan secara internasional melalui serangkaian intervensi bank-bank sentral terhadap pasar valuta asing. Selama paruh pertama dekade 1920an, sama halnya dengan pada periode 1970an dan 1980an, kurs langsung terbentuk oleh pasar.pada masa-masa inilah, penyimpangan-penyimpangan mencolokdari PPP tercipta.
SEBAB-SEBAB GUGURNYA PPP
Ada beberapa kelemahan mencolok dari logika yang terkandung dalam teori PPP mengenai kurs yang didasarkan pada dalil satu harga.
1.      Asumsi yang dianut oleh dalil satu harga bahwa biaya transport dan pembatasan perdagangan bias diabaikan, ternyata tidak dapat dipertahankan. Dalam kenyataan sesungguhnya, biaya trnspor dan pembatasan perdagangan tidak bias diabaikan. Pembatasan perdagangan ini terkadang demikian tingginya sehingga menghambat sebagian perdagangan barang dan jasa antar Negara.
2.      Praktek-praktek monopolistic dan oligopolistic di berbagai pasar barang, bersama dengan biaya transport dan pembatasan perdagangan, semakin memperlemah keterkaitan harga atas barang yang sama di berbagai Negara.

PPP DALAM JANGKA PENDEK DAN JANGKA PANJANG
       Beberapa factor penyebab lemahnya bukti empiris PPP yang di bahas juga dapat mengakibatkan melebarnya perbedaan tingkat-tingkat harga nasional, bahkan dalam jangka pangjang sekalipun. Tingkat-tingkat harga memang tetap memiliki kesempatan untuk menyesuaikan diri menuju posisi pasar yang seimbang, namun terdapat jenis harga yang kaku dan memerlukan banyak waktu untuk menyesuaikan diri secara penuh. Oleh karena itu penyimpangan dari PPP dalam jangka pendek lebih besar dareipada jangka panjang.
       Depresiasi dollar secara besar-besaran terhadap seluruh mata uang lainnya, misalnya menyebabkan harga peralatan pertanian Amerika relative lebih murah dibandingkan dengan peralatan serupa buatan luar negeri. Karena itu para petani di seluruh dunia mengalihkan permintaan mereka akan traktor dan mesin penuai kepada para produsen Amerika. Pada gilirannya, hal tersebut menyebabkan harga peralatan Amerika cenderung meningkat dan memperkecil penyimpangan terhadap dalil satu harga yang bersumber dari depresiasi dollar tadi. Tapi proses kenaikan harga secara penuh ini perlu waktu. Sementara pasar tengah menyesuaikan diri terhadap kurs, selisih harga peralatan pertanian buatan Amerika dan Negara-negara lain bias saja semakin melebar.
       Mungkin orang sering berpendapat bahwa kekakuan harga dalam jangka pendek dan gejolak kurs dapat membantu menjelaskan sebuah fenomena yang kita singgung tatkala membahas gambar 15-3, yakni bahwasannya penyimpangan dari PPP relative jauh lebih mencolok dalam periode kurs mengambang. Penafsiran data seperti itu ternyata ditunjang oleh hasil penelitian empiris baru-baru ini. Dalam sebuah penelitian seksama yang meliputi banyak Negara dan periode-periode bersejarah, Michael Musa dari Universitas Chicago membandingkan jangkauan penyimpangan jangka pendek dari PPP pada masa system kurs tetap dan masa system kurs mengambang. Ia mendapati bahwa system kurs mengambang secara sistematis mengakibatkan penyimpangan jangka pendek dari PPP yang jauh lebih besar dan lebih sering.

LEBIH JAUH MENGENAI PPP : SEBUAH MODEL UMUM KURS DALAM JANGKA PANJANG
       Mengapa kita begitu banyak membahas teori PPP, padahal teori ini banyak keterbatasannya dan bahkan Nampak kontradiktif dengan data yang ada? Kerana gagasan dasar PPP dalam mempertautkan kurs jangka panjang dengan tingkat-tingkat harga nasional merupakan awal pembahasan yang penting dan harus dipahami dengan baik. Pendekatan moneter yang telah disinggung di atas mengabaikan PPP, dan ternyata terlalu sederhana untuk memberikan prediksi akurat kondisi yang ada di dunia nyata. Lagi pula keterbatasan PPP itu sudah kita ketahui sebab-sebabnya. Berikut ini kita akan mengembangkan sebuah model umum mengenai terbentuknya kurs dalam jangka panjang. Meskipun lebih rumit daripada pendekatan meneter, model ini lebih mampu menjelaskan perilaku kurs yg sesungguhnya.
       Model umum yang akan kita kembangkan ini juga memberi alasan tambahan atas pentingnya konsep PPP. Model ini mampu menunjukkan situasi-situasi penting tertentu dimana prediksi pendekatan moneter yang sederhana itu benar-benar akurat dalam jangka panjang. Situasi yang memungkinkan hal ini terjadi adalah situasi dimana perubahan moneter merupakan penyebab utama terjadinya gejolak ekonomi.
       Analisis jangka panjang berikut ini juga mengabaikan komplikasi-komplikasi jangka pendek yang bersumber dari kekuatan harga. Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, pemahaman terhadap perilaku kurs dalam jangka panjang merupakan syarat untuk mengadakan analisis jangka pendek.

KURS RIIL
       Langkah awal dalam pengembangan teori PPP adalah dengan mengetahui konsep kurs riil. Kurs riil antar mata uang dari dua Negara merupakan rangkuman garis besar atas segenap harga relative barang dan jasa Negara yang satu terhadap barang dan jasa Negara lainnya. Kita perlu mengetahui karena prediksi pokok PPP menganggap kurs riil tidak pernah berubah, paling tidak secara permanen. Guna mengembangkan model yang dapat melukiskan kondisi sesungguhnya secara lebih akurat, kita perlu mengkaji secara sistematis berbagai kekuatan yang dapat menyebabkan terjadinya perubahan dramatis dan permanen dalam kurs riil.
Sebagaimana telah kita saksikan, kurs riil itu penting bukan hanya Karena ia dapat mengkuantifikasilan penyimpangan dari PPP, tetapi juga konsep ini merupakan landasan analisis terhadap kondisi-kondisi penawaran dan permintaan makroekonomi dalam perekonomian terbuka. Kita harus membedakan suatu kurs riil (yang merupakan harga relative antara dua output) dengan kurs nominal (nominal exchange rate) yang merupakan harga relative antara dua mata uang. Namun pembahasan yang tidak memerlukan pembedaan khusus ini istilah “kurs” yang kita pakai akan mengacu pada pengertiannya sebagai kurs nominal.
Sebenarnya kurs riil merupakan gabungan angka kurs nominal dan tingkat harga. Oleh karena itu sebelum kita mendefinisikan kurs riil secara lebih terinci, kita perlu menjelaskan ukuran tingkat harga yang akan kita gunakan. Seperti biasa kita gunakan lambing PUS untuk tingkat harga Amerika Serikat dan PG untuk tingkat harga Jerman. Oleh karena itu kita tidak mengasumsikan adanya PPP absolute (ini kita lakukan dalam pembahasan mengenai pendekatan moneter), kita tidak perlu lagi berasumsi bahwa tingkat harga dapat diukur atas dasar komoditi acuan yang sama, baik di Amerika Serikat maupun Jerman. Karena kita juga akan menghubungkan analisis kita dengan factor-faktor moneter, kita memerlukan indeks harga masing-masing Negara yang dapat menjelaskan dengan baiik mengenai pembelanjaan apa saja yang memotivasi penduduknya melontarkan permintaan akan penawaran uangnya.
Memang tidak ada tingkat harga yang dapat melakukan fungsi tersebut secara sempurna. Betapapun kita harus memiliki suatu pedoman agar kita dapat mendefinisikan kurs riil secara formal. Pleh karena itu mari kita anggap saja PUS sebagai harga dollar dari sejumlah komoditi baku yang selalu dikonsumsikan setiap minggunya oleh segenap rumah tangga dan perusahaan Amerika. Begitu pula PG, yakni sebagai harga komoditi yang setiap minggu selalu dibeli oleh segenap rumah tangga dan perusahaan Jerman. Yang penting untuk diingat adalah bahwasannya tingkat harga Amerika Serikat mewakili sejumlah komoditi yang diproduksi dan dikonsumsikan di Amerika Serikat, sedangkan tingkat harga Jerman mewakili sejumlah komodity yang diproduksi dan dikonsumsikan di Jerman.
Setelah kita tetapkan komoditi acuan untuk mengukur tingkat harga, kini kita dapat mendefinisikan secara formal kurs riil dolar/DM, yang dilambangkan qS/DM, sebagai harga dollar relative dari komoditi Jerman terhadap Amerika. Jadi, bias dikatakan kurs riil itu adalah nilai dollar dari tingkat harga Jerman dibagi dengan tingkat harga Amerika atau secara simbolis dapat ditulis sebagai berikut :
Rounded Rectangle: qS/DM = (ES/DM x PG) / PUS
 



Sebuah contoh numeric akan menjelaskan konsep kurs riil ini. Diumpamakan saja komoditi acuan Jerman berharga DM100 (sehingga PG = 100per komoditi acuan Jerman), sedangkan harga komoditi acuan Anerika Serikat berharga $50 (jadi PUS = $50 per komoditi acuan Amerika Serikat), dan kurs nominalnya adalah ES/DM = $0.50 per DM. maka kurs riil dollar/DM :
qS/DM = 
               =
               = 1 komoditi Amerika per komoditi Jerman
 
 






Kenaikan kurs riil dollar/DM qS/DM (yang disebut depresiasiriil dollar terhadap DM) bias menimbulkan berbagai implikasi. Yang paling mencolok, sebagaimana ditunjukkan oleh persamaan rumus tersebut, kenaikan itu akan mengakibatkan penurunan daya beli dollar si wilayah Jerma bila dibandigkan dengan daya belinya di wilayah Amerika. Perubahan daya beli ini terjadi karena harga dollar dari barang-barang Jerman mengalami kenaikan relative terhadap harga dollar di barang-barang Amerika.
Dalam contoh numeric kita, depresiasi nominal dollar sebesar 10% menyebabkan qS/DM menungkat menjadi 1,1 komoditi Amerika per komoditi Jerman, ini merupakan depresiasi riil dollar terhadap DM sebesar 10%. Depresiasi ini berarti bahwa daya beli dollar terhadap barang maupun jasa Jerman turun 10% bila dibandingkan dengan daya belinya terhadap barang dan jasa Amerika.
Meskipun banyak unsure di tingkat harga nasional tidak bias diperdagangkan secara internasional, kita bias menganggap kurs riil dollar/DM, atas qS/DM, sebagai harga relative produk-produk Jerman secara keseluruhan terhadap produk-produk Amerika. Harga relative itu adalah harga jual beli hipotesis atas komoditi Jerman yang dilakukan oleh orang-orang Amerika (jual beli itu akan berlangsung bila jual beli terhadap harga-harga domestic dimungkinkan). Dollar dianggap mengalami depresiasi secara riil terhadap DM bila qS/DM meningkat karena daya beli hipotesis dari produk-produk Amerika secara keseluruhan terhadap produk Jerman menurun. Barang dan jasa Amerika menjadi lebih murah dibandingkan dengan barang dan jasa Jerman.
Adapun apresiasi riil dollar terhadap DM merupakan penurunan dalam qS/DM. penurunan ini menunjukkan merosotnya harga relative dari produk-produk di Jerman, atau meningkatnya daya beli dollar di Jerman (bila dibelanjakan di Jerman) dibandingka dengan daya belinya di Amerika.
Cara kita menyatakan depresiasi maupun apresiasi riil dollar terhadap DM sama dengan kita yang kita gunakan pada kurs nominal (yaitu ES/DM) artinya adalah depresiasi dollar, ES/DM turun berarti dollar mengalami apresiasi. Rumus yang telah dibahas tadi menunjukkan bahwa bila harga-harga output tidak berubah, depresiasi maupun apresiasi nominal akan menimbulkan depresiasi atau apresiasi riil, dan demikian juga sebaliknya.jadi pembahasan kita mengenai perubahan kurs riil juga melibatkan, pada kasus khusus pengamatan yang telah kita lakukan pada bab sebelumnya yaitu bila harga uang domestic dan berbagai barang tetap, maka depresiasi dollar akan mengakibatkan barang-barang di Amerika menjadi lebih murah jika dibandingkan barang-barang dari Negara lain, sedangkan apresiasi nominal dollar menyebabkanhal sebaliknya yaitu membuat barang Amerika menjadi lebih mahal.



PERMINTAAN, PENAWARAN, DAN KURS RIIL JANGKA PANJANG
       Mudah dipahami bahwa jika kondisi PPP tidak ada, maka nilai-nilai jangka panjang dari kurs riil, seperti halnya harga-harga relative lainnya yang menyeimbangkan pasar, akan ditentukan oleh kondisi-konsdisi penawaran dan permintaan. Namun karena kurs riil selalu mengikuti perubahan harga relative antara komoditi acuan dari dua Negara, maka berbagai kondisi kedua Negara itu kompleks, dan k tidak perlu membahasnya secara panjang lebar. Focus kita adalah pada kedua kasus yang selain mudah juga dalam prakteknya penting untuk menjelaskan mengpa nilai-nilai jangka panjang kurs riil dapat berubah-ubah.
1.      Perubahan seimbang dalam total penawaran Amerika relative terhadap permintaan luar negeri. Andaikanlah pembelanjaan total masyarakat Amerika atas berbagai barang dan jasa mengalami kenaikan relative terhadap pembelanjaan masyarakat Jerman. Kita mengasumsikan perubahan pembelanjaan ini “seimbang” dalam arti bahwa setiap unit pembelanjaan atas masing-masing kategori output mengalami kenaikan secara proporsional dari tingkat pembelanjan semula. (Sebagai contoh, masyarakat Amerika menaikkan pembelanjaan mereka atas setiap jenis barang dan jasa sebesar 3% ) karena daya beli masyarakat Amerika sebagian besar adalah produk-produk buatan Amerika (demikian pula dengan pembelanjaan masyarakat Jerman yang sebagian besar tertuju pada produk-produk buatan negaranya sendiri), maka kenaikan seimbang pembelanjaan masyarakat Amerika secara relative terhadap pembelanjaan masyarakat Jerman akan mengakibatkan terciptanya kelebihan permintaan ralatif akan produk-produk Amerika pada kurs riil semula. Agar keseimbangan tercipta kembali, harga relative produk nontradable Amerika terhadap produk nontradable Jerman harus miningkat. Dengan meningkatnya harga produk secara besar-besaran, juga mengalami kenaikan relative terhadap produk tradable Jerman. Segenap perubahan ini membuat qS/DM atau harga relative komoditi baku Jerman terhadap harga komoditi Amerika, mengalami penurunan. Disini bisa kita simpulkan bahwa kenaikan relative keseimbangan dalam permintaan Amerika mentebabkan terjadinya apresiasi jangka panjang atas kurs riil dollar/DM. demikian pula, penurunan yang relative seimbang dalam permintaan Amerika menimbulkan depresiasi jangka panjang atas kurs riil dollar/DM.
2.      perubahan seimbang dalam penawaran relative output. Kini diumpamakan saja efisiensi produksi tenaga kerja dan modal Amerika naik secara seimbang, baik dalam sector tradable maupun nontradable. Karena masyarakat Amerika menggunakan sebagian kenaikan pendapatannya untuk membeli produk luar negeri, maka penawaran atas semua jenis barang dan jasa Amerika mengalami kenaikan relative terhadap permintaannya. Akibatnya terciptalah kelebihan penawaran relative atas output Amerika pada kurs. Ini menimbulkan kemerosotan harga relative berbagai produk Amerika, baik yang tradable maupun yang nontradable, yang pada gilirannya akan menyesuaikan tingkat penawaran tersebut, sehingga kelebihan tdi akan menyusut. Jadi, kenaikan seimbang relative output Amerika mengakibatkan kurs riil dollar/DM mengalami depresiasi dalam jangka panjang. Adapun kenaikan seimbang relative output Jerman mengakibatkankurs riil dollar/DM mengalami apresiasi dalam jangka panjang.